LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Telah
dilakukan percobaan “Analisa Kualitatif Biomolekul”, yang bertujuan untuk
menganalisa kualitatif terhadap karbohidrat, lipid, protein, dan vitamin dalam
sampel. Prinsip yang digunakan pembentukan kompleks dan pengendapan. Metode
yang digunakan adalah penambahan reagen dan pemanasan. Pada karbohidrat, uji
molisch diperoleh uji positif ditandai dengan adanya cincin berwarna ungu. Pada
uji benedict uji positif diberikan oleh fruktosa sedangkan uji negatif
diberikan oleh sukrosa dan glukosa. Pada uji Barfoed, uji positif diberikan
oleh fruktosa sedangkan uji negatif diberikan pada sukrosa dan glukosa. Pada
uji hidrolisis polisakarida, memberikan uji negatif.
Pada uji lipid diperoleh
hasil bahwa pada sampel minyak baru dan minyak lama tidak mengandung peroksida
pada pengujian peroksida, sedangkan pada uji kolestrol diperoleh hasil bahwa
pada sampel minyak baru dan minyak lama tidak mengandung kolesterol. Pada uji
fosfat menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya warna kuning pada minyak
baru dan minyak lama. Pada uji protein, sampel putih telur positif mengandung
sulfur pada uji sulfur yang ditandai dengan adanya endapan coklat kehitaman, uji
positif pada tes denaturasi protein yang terkandung dalam telur dibuktikan
dengan adanya penggumpalan berwarna putih setelah dilakukan pemanasan,
sedangkan pada sampel susu kedelai diperoleh hasil pada uji biuret positif
membentuk warna ungu, serta uji xanthoprotein positif membentuk endapan
berwarna kuning.
Uji positif tes pengendapan protein oleh garam dikarenakan
penambahan garam ammonium sulfat yang ditandai dengan membentuk endapan
berwarna putih, uji positif pengendapan protein oleh logam berat berupa ZnSO4
membentuk endapan berwarna putih dan uji positif pengendapan protein oleh alkohol juga
terdapat endapan putih. Sedangkan pada uji vitamin diperoleh hasil minyak ikan
yang mengandung vitamin A membentuk warna biru pada larutannya, vitamin B1
larutan berwarna hijau, vitamin B2 berwarna hijau muda dan vitamin C
berwarna hijau tua kehitaman. Uji positif antioksidan pada vitamin C
ditunjukkan dengan potongan buah pear akan teroksidasi bila dicelupkan kedalam
aquadest, dengan larutan berwarna kecoklatan pada buah pear dan potongan buah
pear akan tetap segar bila dicelupkan di dalam larutan UC1000.
Keyword : karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
pembentukkan kompleks, pengendapan, analisa kualitatif, biomolekul.
ANALISA KUALITATIF BIOMOLEKUL
I. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan analisa
kualitatif terhadap biomolekul yang meliputi karbohidrat, lipid, protein dan
vitamin.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat
2.1.1 Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat adalah
polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau turunan turunan. Keduanya
dengan rumus umum (Cn(H2O)m). Dimana n= n 1 atau kelipatan bilangan
bulat lainnya.(Sumardjo,1998)
Karbohidrat yang berasal dari makanan dalam
tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme
karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat dalam darah, sedangkan glikogen
adalah karbohidrat yang disintetis dari hati dan digunakan oleh sel-sel pada
jaringan otot sebagai sumber energi. jadi ada bermacam-macam senyawa yang
termasuk dalam golongan karbohidrat ini. Dari contoh tadi kita dapat mengetahui
bahwa amilum atau pati, selulosa, glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa
merupakan beberapa senyawa karbohidrat
yang penting dalam kehidupan manusia.
(Poedjiadi,1994)
2.1.2 Klasifikasi
Karbihidrat
a. Monosakarida
Monosakarida
merupakan karbohidrat yang paling sederhana karena tidak dapat dihidrolisis
lagi menjadi karbohidrat yang lain memiliki rumus empiris (CH2O)n.
Monosakarida terbagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Aldosa
Mengandung gugus
aldehid (CHO) bebas dan gugus hidroksi (CH) bebas, contoh : glukosa
dan galaktosa. Adanya gugus aldehid pada glukosa dan galaktosa menyebabkan
positif fehling dan akan membentuk endapan merah bata (Cu2O)
Aldosa merupakan gula pereduksi yang berarti bahwa fungsi aldehid bebas dari
bentuk rantai terbuka mampu untuk dioksidasi menjadi gugus asam karboksilat. Yang
termasuk Aldosa antara lain :
a. Glukosa
Suatu
aldoheksana yang sering disebut deksirona gula darah dan juga gula
anggur. Disebut dekstrona karena dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan,
memiliki rumus molekul C6H1206, glukosa mengandung
empat atom karbon osimetrik yang ditandai, yaitu :(Fessenden, 1984)
b. Galaktosa
Merupakan
monosakarida yang paling rendah kemanisanya, dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, proses oksidasi oleh asam
kuat dan dalam keadaan panas galaktosa menghasilkan asam kuat yang kurang larut
dalam air. Galaktosa merupakan hasil hidrolisis dari larutan (gula susu) yang
melalui proses metabolisme diubah
menjadi
gula yang dapat menghasilkan energi.(Fessenden, 1984)
c. Ribosa dan deoksiribosa
Ribosa dan dioksiribosa membentuk kerangka polimer dan asam-asam nucleus, awalan deoksi berarti “minus satu oksigen” deoksi ribosa tidak memiliki oksigen pada karbon kedua.(Fessenden, 1984)
2. Ketosa
Merupakan
monosakarida yang mengandung gugus keton dan sifatnya menyerupai keton alifatik
(alkuna) contohnya yaitu fruktosa, sifat-sifatnya adalah :
·
Mengandung
gugus keton bebas atau karbonil bebas disamping gugus hidroksida (OH).
·
Dapat
terhidrasi jika dipanaskan bersama asam mineral kuat.
·
Jika
bereaksi dengan phernhyo Indino akan membentuk senyawa berwarna kuning.
· Dapat
mereduksi Fehling membentuk larutan merah bata dan juga mereduksi benedict.
· Fruktosa
sering disebut selulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Fruktosa merupakan gula termanis.(Fessenden, 1984)
b. Disakarida
Bila dihidrolisis
akan menghasilkan 2 molekul monosakarida yang sama atau berbeda.
Disakarida terbentuk dari 2 molekul monosakarida dimana tergabung melalui
ikatan glioksida yang berbentuk antara karbon aromatik dan salah satu
monosakarida dengan gugus hidroksil dari monosakarida lainnya, terhadap
aktivitasnya terhadap oksidator, maka disakarida dibedakan atas disakerida produksi
(maltosa, laktosa) dan disakarida non produksi (sukrosa). Hidrogen disakarida
oleh pengaruh asam-asam mineral energi panas atau oleh enzim disakarida pada
kondisi tertentu akan dihasilkan monosakarida penyusunnya.
1. Maltosa
Pembentukan maltose:
Glukosa + glukosa ® maltosa + H2O
Maltosa terdapat pada gandum yang sedang berkecambah, Maltosa adalah disakarida yang diperoleh sebagai hasil hidrolisa pati, hidrolisis selanjutnya menghasilkan glukosa, karena itu maltosa terdiri dari 2 glukosa, memberi tes positif terhadap pereaksi tollens dan fehling.(Arsyad, 2001)
2. Sukrosa
Pembentukan sukrosa :
Glukosa + Fruktosa ® Sukrosa + H2O
Sukrosa larut dalam
air, tetapi tidak larut dalam alcohol, hidrolisis sukrosa dapat ditentukan
dengan enzim sukrosa atau investase oleh pengaruh asam mineral encer panas
menghasilkan glukosa dan fruktosa, sukrosa banyak terdapat pada tanaman yang
berfotosintesis, fungsinya sebagai sumber energi, tidak memiliki gugus karbonil
bebas sehingga tidak dapat mereduksi dan membentuk osanan. (Arsyad, 2001)
3. Laktosa
Pembentukan laktosa
Glukosa + Galaktosa
® Laktosa + H2O
Laktosa merupakan gula utama yang terdapat pada susu sapi dan asi oleh sebab itu sering disebut “gula susu” dapat mengkristal dengan molekul air, kristal besar dan kelarutan dalam air kurang baik, laktosa mempunyai sifat mereduksi pereaksi benedict atau fehling pada pemanasan laktosa atas 1 molekul glukosa dan 1 molekul glukosa.
c. Polisakarida
Polisakarida
merupakan senyawa karbohidrat yang tersusun dari banyak sakarida, polisakarida
terpenting yaitu amilum, glikogen dan selulosa, sifat dari polisakarida: tidak
dapat mereduksi, tidak menunjukkan mutarotasi, tidak membentuk mutanon, dan
relatif stabil terhadap pengaruh basa. Polisakarida yang tidak mengandung
nitrogen yaitu :
1. Amilum atau pati
Merupakan
karbohidrat cadangan yang terdapat pada tumbuhan, terdapat dua fraksi pada
amilum yaitu fraksi amilase (fraksi tidak bercabang) dan fraksi amilopektin
(fraksi bercabang).
2. Selulosa
Merupakan senyawa
organik yang melimpah di bumi, membentuk komponen dan dinding sel tumbuhan,
molekul selulosa merupakan rantai-rantai mikroblit dan D-glukosa, suatu molekul
tunggal selulosa merupakan molekul dari 1,4 – B – 0 glukosa menghasilkan 0
–glukosa.
3. Glikogen
Merupakan
polisakarida yang digunakan sebagai tempat penyimpanan glukosa dalam tubuh
hewan terutama pada otot dan hati. Glikogen
mengandung rantai glukosa yang terikat 1,4 µ dengan percabangan 1,6 µ dan mengandung amilopektin.
4. Amilosa dan
Amilopektin
Pada hidrolisis amilosa hanya menghasilkan glukosa, sedangkan hidrolisis parsialnya menghasilkan maltosa, dengan iodine membentuk warna biru tua. Amilopektin Mengandung lebih dari 1000 glukosa pada tiap molekulnya, Hidrolisis amilo pektin.
5. Kitin
Merupakan polisakarida linier yang mengandung N–asetat–D–gluko–samiria terikat B. Hidrolisis kitin menghasilkan 2–amino–2 dioksi glukosa, sedangkan gugus asetalnya terlepas dalam proses hidrolisis kitin biasanya terdapat pada serangga.
2.1.3 Sifat-sifat
Karbohidrat
a. Monosakarida
1. D-glukosa, terdapat dalam darah dan merupakan
sumber energi utama pada kegiatan sel larutan D-glukosa dalam air memutarkan
bidang polarisasi ke kanan sehingga disebut diktrosa. Larutan D-fruktosa memutarkan
ke kiri jika dalam air sehingga disebut lesulosa.
2. Semua monosakarida merupakan zat padat yang mudah
larut dalam air. Bila dipanaskan, zat itu akan hancur dan mudah terurai dan
membentuk karbon dan uap air.
3. Semua monosakarida merupakan reduktor kuat. Daya
reduksinya tidak sekuat aldehid tapi lebih kuat dari pada keton.
4. Larutan monosakarida yang baru
dibuat mengalami perubahan sudut putaran sampai akhirnya dicapai keadaan
seimbang dengan sudut putaran tertentu peristiwanya disebut mubtorasi. (Fessenden,1984)
b. Disakarida
1. Bila dihidrolisis molekulnya akan terurai menjadi 2
molekul monosakarida.
2. Dapat direduksi.
3. Dapat termulatorasi. (Poedjiadi, 1994)
c. Polisakarida
1. Merupakan
senyawa polimer kondensasi dan sejumlah besar monosakarida.
2. Jenis ikatannya dapat berbentuk alfa atau beta
anomer.
3. Molekulnya sangat panjang dan besar.
4. Berupa zat padat berwarna putih. (Fessenden,1984)
2.1.4 Identifikasi Karbohidrat
a. Uji Molisch
Karbohidrat +
alfanaftol dalam alkohol + asam sulfat terbentuk larutan
berwarna ungu. Cara penyelidikannya
yaitu larutan zat yang tidak diketahui (2 ml) + 10% alfanaftol segar dalam alkohol,
melalui dinding tabung percobaan
diakhiri asam sulfat pekat, ciri-ciri merah sampai ungu menunjukan adanya
karbohidrat.
b. Uji Benedict
Pereaksi benedict
terdiri dari campuran larutan tembaga sulfat, natrium filtrat dan natrium
karbonat. Cara penyelidikannya 2 ml karbohidrat ditambah 2 ml pereaksi benedict
dan dipanaskan dalam pemanasan air. Perubahan warna dari biru menjadi ungu,
kuning, kemerah-merahan sampai terbentuk endapan warna merah bata menunjukkan
adanya karbohidrat yang diselidiki mempunyai sifat dapat mereduksi.
c. Uji Barfoed
Pereaksi barfoed
tersusun atas campuran tembaga asetat dan asam glacial. Cara penyelidikannya
seperti pada tes benedict dan fehling.
2.2 Lemak atau Lipid
2.2.1 Definisi
Lemak
Lemak adalah ester
antara gliserol dan asam lemak dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol
semuanya diesterkan. Jadi jelas bahwa lemak adalah trigliserida. Struktur
kimia dari lemak yang berasal dari hewan atau manusia, tanaman maupun
lemak sintetik, mempunyai bentuk umum.
2.2.2
Komponen Penyusun Lemak
Komponen penyusun lemak adalah :
a. Gliserol
Pada suhu kamar, gliserol
adalah zat cair yang tidak berwarna, netral terhadap lakmus, kental dan rasanya
manis. Dalam keadaan murni bersifat higroskopis. Dehidrasi gliserol dapat
terjadi karena penambahan KHSO4 pada suhu tinggi. Hasil dehidrasi
adalah aldehid alifatik yang mempunyai aroma khas. Reaksi ini sering dipakai
untuk identifikasi gliserol :(gliserol)(Sumardjo,1998)
b. Asam-asam Lemak
1. Keberadaan Asam Lemak
Asam lemak jarang
terdapat bebas dialam tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan
fungsi alkohol. Asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai
lurus. Asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap (ini berarti
banyak karena asam-asam lemak disintesa terutama dua karbon setiap kali). Asam
lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap.
Walaupun asam lemak
berantai linier terdapat dalam jumlah yang lebih besar dialam namun masih
banyak jenis lain yang kita ketahui. Misalnya lemak wol dan sumber-sumber
bacterial menghasilkan asam lemak yang berantai cabang. Juga ada asam lemak
siklik. Misalnya asam lemak siklik tak jenuh, asam kaulmoograt adalah pereaksi
penting untuk pengobatan penyakit kusta :
Bentuk sesungguhnya
dari suatu asam lemak berkembang dari bentuk hidrokarbon induk. Konfigurasi
ikatan rangkap dari asam-asam lemak yang terdapat dialam pada umumnya adalah
cis :
Kenyataan
bahwa alam lebih menyukai asam-asam lemak tak jenuh cis mungkin bertalian
dengan pentingnya senyawa-senyawa ini dalam struktur membran biologi.
2. Klasifikasi Asam Lemak
a. Klasifikasi
asam lemak berdasarkan ikatannya :
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh
tidak mempunyai ikatan rangkap dalam strukturnya. Beberapa contoh penting
antara lain :
2. Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh
adalah asam lemak yang mempunyai sebuah atau lebih ikatan rangkap 2 dalam
struktur molekulnya. Beberapa contoh asam lemak tak jenuh :
b. Klasifikasi asam lemak berdasarkan dapat atau tidaknya disintesis oleh tubuh :
·
Asam lemak esensial
Yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh
tubuh,tetapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya. Asam lemak ini diperoleh
dari luar, yaitu dari lemak makanan. Asam ini mempunyai 2 buah atau lebih ikatan rangkap
dua didalam struktur molekulnya. Contoh
: asam linoleat, asam arachidat.
·
Asam lemak nonesensial
Yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh
dan tubuh sendiri dapat mensintesisnya.
2.2.3 Klasifikasi
Lemak
a. Berdasarkan bentuknya pada suhu
tertentu, lemak dibedakan :
Ø Lemak padat, yaitu lemak yang ada pada temperatur
udara biasanya berwujud pada. Contoh : gajih.
Ø Lemak
cair, yaitu lemak yang pada suhu udara biasa berbentuk cair. Contoh : etanol, minyak kelapa.
b. Berdasarkan asal
darimana lemak didapat, lemak
dibedakan :
Ø Lemak
hewani, yaitu lemak yang didapat dari hewan.
Ø Lemak
nabati, yaitu lemak yang didapat dari tumbuhan.
c. Berdasarkan ikatan rangkap yang terdapat di
struktur molekul, lemak dibedakan:
Ø Lemak tak jenuh, yaitu lemak yang
mempunyai 1 atau lebih ikatan rangkap
Ø Lemak jenuh, yaitu termasuk lemak yang tidak
memiliki ikatan rangkap pada asam lemak penyusunnya.
d. Berdasarkan lemak penyusunnya, lemak dibedakan
menjadi :
Ø Lemak
sederhana
Ø Lemak
berasam dua
Ø Lemak
berasam tiga
2.2.4 Sifat-sifat Lemak
Sifat-sifat fisik lemak adalah :
Tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya
eter, aseton, kloroform, benzena yang mempunyai kemungkinan digunakan oleh
makhluk hidup. (Poedjiadi,1994)
Sifat-sifat kimia lemak adalah :
Lemak netral dengan unit penyusunnya. Asam lemak yang rantai karbonnya panjang tidak larut dalam air,
larut dengan pelarut organik. Titik lebur lemak dapat dipengaruhi oleh banyak
sedikitnya ikatan rangkap dari asam lemak yang menjadi penyusunnya.(Poedjiadi, 1994)
2.2.6 Reaksi Lemak
a. Reaksi hidrolisa
Reaksi ini ada 3 macam:
1. Hidrolisa dengan katalis enzim
Enzim lipase dan pankreas sebagai steapsin dapat mengkatalis hidrolisa
lemak menjadi gliserol dan asam-asam lemak.
2. Hidrolisa dengan katalis
oksida
Zink oksida atau kalsium oksida menghidrolisa lemak menjadi asas-asam lemak
dan gliserol.
3. Hidrolisa dengan busa (penyabunan atau
saponifikasi)
Reaksi lemak dengan
larutan basa kuat akan menghasilkan gliserol dan sabun(Sumardjo, 1998)
b. Reaksi hidrogenasi
Hidrogenasi lemak
tidak jenuh dengan adanya katalisator dikenal sebagai pengerasan secara
kormesial diguakan untuk mengubah lemak cair menjadi lemak padat.(Mayers, 1992)
c. Reaksi hidrogerolisis
Lemak bila
direaksikan dengan hydrogen pada suhu tertentu akan terbongkar menjadi gliserol
dan alcohol alifatik.(Sumardjo, 1998)
d. Reaksi halogenasi
Reaksi ini
merupakan reaksi adisi. Biasanya digunakan bromium atau iodium.(Sumardjo, 1998)
e. Reaksi ketengikan
Faktor yang dapat
mempercepat reaksi ini adalah oksigen, suhu, cahaya dan logam-logam sebagai
katalisator. Ketengikan pada lemak
jenuh terantai pendek terjadi karena pengaruh hidrolisa pada udara lembab.
Sedangkan pada lemak tak jenuh berantai panjang terjadi dalam 2 tingkat :
o
Tingkat
I : Hidrolisa lemak tak jenuh menjadi gliserol dan
asam-asam lemak tak jenuh.
o
Tingkat
II : Oksidasi asam lemak tak jenuh oleh oksigen menjadi
asam karboksilat berbau tengik.
2.3 Protein
2.3.1 Definisi
Protein
Kata protein
berasal dari kata yunani ‘protos atau
proteos’ yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen
penting atau komponen utama sel hewan atau manusia.Oleh karena sel itu merupakan
pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi
sebagai zat utama dalam pembentukkan dan pertumbuhan tubuh.
2.3.2 Klasifikasi
Protein
Berdasarkan kelarutannya :
a. Protein
fibrosa : tidak larut dalam pelarut biasa namun larut dalam asam dan basa.
b. Protein
globular : larut dalam air, larutan asam, basa, bahkan garam.
Berdasarkan komplekan strukturnya :
a. Protein sederhana : hidrolisisnya menghasilkan asam
amino.
contoh : albumin, globular.
b. Protein
konjugasi : memilik gugus bukan protein yaitu gugus prostetik.
contoh : neuro protein, kromoprotein.
2.3.3 Sifat-sifat
Protein
a. Kelarutan
Kelarutan protein dalam berbagai
pelarut berbeda.
b. Sifat koloid
Di dalam pelarut
air, protein akan membentuk koloid. Di samping itu, protein memiliki gugus
hidrofilik seperti -NH2, -COOH, -OH, sehingga koloid hidrofil.
Karena molekulnya cukup besar, maka protein tidak dapat berdifusi melalui
membran.
c. Sifat asam basa
Sifat asam basa
protein ditentukan oleh gugus asam basa pada gugus R–nya. Adanya gugus asam
basa menyebabkan protein bersifat sebagai suatu amfotir.
d. Denaturasi dan koagulasi
Pada proses
denaturasi protein mengalami perubahan sifat fisik dan kereaktifan biologisnya
disebabkan pemanasan.
e. Penguraian protein dan mikroba
Mikroba
mengeluarkan enzim-enzim proteolik yang menghidrolisiskan protein, menjadikan
asam-asam amino. Perubahan selanjutnya bergantung pada jenis mikroba pembentuk
dan dalam hal ini dapat terjadi deaminasi, oksidasi, atau reduksi.(Suwandi, 1989)
2.3.4 Identifikasi
Protein
a. Uji Biuret
Uji ini digunakan
untuk menguji adanya ikatan peptida. Larutan Biuret terdiri atas NaCl dan
PbSO4. Larutan protein jika ditambah pereaksi Biuret maka akan terbentuk warna
merah muda sampai violet. Reaksi yang terjadi :(Sumardjo,1998)
b. Uji Molisch
Uji ini dipakai untuk mengetahui ada tidaknya radikal prostetik karbohidrat
pada protein majemuk seperti glikoprotein. Larutan ini bila ditambah a naphtol dalam alkohol dan asam sulfat pekat akan
terbentuk warna ungu.(Poedjiadi, 1994)
Larutan KH yang
sudah dibubuhi sedikit alfa naftol, ditambah H2SO4 terbentuk
warna diantara 2 lapisan Protein yang mengandung gugus KH hewani memberi tes
molisch positif.
2.3.5 Pemurnian
Protein
Pemurnian protein
merupakan tahap yang harus dilakukan untuk mempelajari sifat dan fungsi
protein. Sejumlah besar protein, lebih dari 1000 macam telah berhasik diisolasi
dalam bentuk yang murni. Kini protein dapat dipisahkan Pemurnian protein
merupakan tahap yang harus dilakukan untuk mempelajari sifat dan fungsi
protein. Sejumlah besar protein, lebih dari 1000 macam telah berhasik diisolasi
dalam bentuk yang murni. Kini protein dapat dipisahkan dari protein lain atau
dari molekul lain berdasarkan ukuran kelarutan, muatan, dan afinitas ikatan
protein-protein dapat dipisahkan dari molekul-molekul dengan BM lebih besar
dari 15.000 terdalam kantong dianalisis, sedangkan molekul-molekul dengan
ukuran lebih kecil akan melewati pori-pori selaput semi permeabel tersebut
keluar dari kantung dianalisis. Pemisahan protein berdasarkan ukurannya dapat
pula dilakukan dengan “Kromatografi
Filtrasi Gas”. Contoh : dialirkan dari atas kolam yang berisi butir-butir
gel yang terdiri dari karbohidrat yang berpolimer tinggi. Butir-butir tersebut
biasanya mempunyai diameter 0.1 mm. Dipasaran, bulir-bulir itu ada yang disebut
sebagai “sephadex”.
2.3.6 Pengendapan
Protein
a. Pengendapan oleh garam
Apabila kadalam
larutan protein ditambahkan larutan garam-garam anorganik dengan
konsentrasi tinggi, maka kelarutan protein akan berkurang sehingga membentuk
endapan. Proses ini terjadi karena adanya kompetisi antara molekul protein
dengan ion anorganik dalam mengikat air (hidrasi).
b. Pengendapan oleh logam berat
Pengendapan terjadi
saat larutan protein lebih bersifat alkalis daripada titik isoelektriknya,
sehingga menjadi bermuatan negative. Penambahan ion logam berat bermuatan
positif menyebabkan terjadinya reaksi penetralan sehingga protein mengendap.
c. Pengendapan
oleh alkohol pekat
Prinsipnya sama
dengan pengendapan protein oleh garam. Untuk mengendapkan digunakan alkohol dan
ammoniumsulfat karena protein mempunyai gugus: -NH2, -NH, -OH, -CO
yang mengikat air.
2.3.7 Denaturasi
Protein
Denaturasi adalah
rusaknya sifat fisik dan fisiologik protein, dapat disebabkan karena pemanasan
dan penambahan asam kuat. Pada proses denaturasi, protein mengalami perubahan
sifat fisik dan keelektifan biologisnya yang disebabkan oleh pemanasan,
penyinaran. Denaturasi akan merusak
ikatan sekunder, ikatan tersier, dan ikatan kuarterner.
2.4 Vitamin.
2.4.1 Definisi
Vitamin
Vitamin adalah
senyawa organik yang tidak bisa disintesis dalam tubuh, walaupun dalam jumlah
sedikit. Viamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang termasuk
dalam golongan protein, karbohidrat,
lemak, dan sangat penting peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk
menjaga kelangsungan hidup serta pertumbuhan vitamin-vitamin tidak dapat dibuat
oleh manusia. Oleh karena itu, harus diperoleh dari bahan. Sebagai perkecualian
adanya vitamin D yang dapat dibuat dalam bahan pangan yang dikonsumsi mendapat
cukup kesempatan
2.4.2 Klasifikasi
Vitamin C
·
Vitamin
C
Vitamin C
disintesis secara alami baik dalam tanaman maupun hewan. Vitamin C mudah diuji
secara sintesis dari gula darah, dengan biaya sangat murah. Vitamin C mempunyai
peranan dalam pembentukan kolagen interseluler, pembentukan hormone. Steroid
dari kolesterol dan menjaga kestabilan tubuh. (Winarno, 1982)
2.5 Analisa Bahan
2.5.1 Aquadest
Air yang diperoleh
pada pengembunan uap air melalui proses penguapan atau pendidihan air, tidak
berwarna, tidak berasa, titik leleh 00C, titik didih 1000C,
bersifat polar pelarut organik yang baik. (Mulyono, 2001)
2.5.2 NaOH
Senyawa basa
padatan putih, higroskopis, mudah menyerap Cu2 membentuk Na2CO3,
digunakan dalam pembuatan rayon, kertas, detergen, titik leleh 3180C
dan titk didih 1390C, larut dalam alkohol, gliserol dan air. (Mulyono, 2001)
2.5.3 Asam
Sulfat
Zat cair kental tak
berwarna menyerupai minyak dan bersifat higroskopis dalam larutan cair,
bersifat asam kuat dalam keadaan pekat bersifat oksidator dan zat pendehidrasi,
titik leleh 100C, titik didih 315-3380C, massa jenis 1.8. (Mulyono, 2001)
2.5.4 Glukosa
Berwarna putih,
berasa manis, larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, bersifat sebagai
reduktor kuat, lebih manis dibanding galaktosa dikenal sebagai gula darah
karena terdapat paling banyak dalam darah.(Arsyad, 2001)
2.5.5 Fruktosa
Berupa heksosa
kristalin, titik leleh 102-1040C, terdapat
dalam bentuk piranosa, ditemukan dalam sari buah (levulosa) madu dan dalam
gula tebu.
(Arsyad,2001)
2.5.6 Sukrosa
Suatu disakarida,
Kristal bewarna putih, berasa manis, larut dalam air dan terhidrolisis
membentuk glukosa dan fruktosa, titik leleh (185-1860C), masa jenis
1.6 g/cm3, sukar larut dalam alkohol dan eter.(Pudjaatmaka, 2003)
2.5.7 Larutan Benedict
Digunakan untuk
mendeteksi gula pereduksi, terdiri atas campuran tembaga (II) sulfat dan hasil
saringan dari campuran natrium sitrat berhidrat dengan natrium karbonat
berhidrat.(Daintith, 1999)
2.5.8 Kloroform
Cairan jernih tidak
bewarna, berbau menyengat, rasa manis, mudah menguap, pelarut yang baik untuk
lemak, tidak larut dalam air, titik leleh -16.20 C, berat jenis 1,49
g/ml.(Arsyad, 2001)
2.5.9 Asam Asetat
Zat cair tanpa
warna, berbau sangir, membeku pada suhu 2900C, termasuk asam organik
hasil fermentasi alkohol dan bakteri acetobacter acetil ditemukan dalam cuka.(Basri, 1996)
2.5.10 Amilum
atau Kanji
Karbohidrat putih,
tanpa bau dan tanpa rasa, terdiri atas rantai bercabang molekul molekul glukosa,
dihasilkaan pada proses fotosintesis dalam tumbuh tumbuhan, penambahaan iodin
mengasilkan warna hitam.(Pudjamaatmaka, 2003)
2.5.11 Etanol
Cairan encer tak
berwarna dapat bercampur dengan eter, benzena, gliserol dan air, bersifat
hidrofob dan hidrofil, mudah terbakar, mudah tercampur dangan air, digunakan
ntuk pelarut, titik lebur -1170C, titik didih 780C.(Basri, 1996)
2.5.12 CuSO4
Larutan dalam air,
berwarna putih, sebagai cairan pendehidrasi, bereaksi dengan logam Zn :
Zn + CuSO4
-----> ZnSO4
+ Cu(s)
(Mulyono, 2001)
2.5.13 Eter
Eter dihasilkan
dari alkohol melalui eliminasi pada air, bobot molekul eter sangat rendah dan
sangat mudah terbakar.
(Mulyono, 2001)
2.5.14 Minyak
Minyak yang dilepas
dari buah kelapa, dan lain-lain, berguna untuk minyak makanan.
(Sumardjo, 1998)
2.5.15 Vitamin C
Kristal berwarna putih
dengan titik leleh 1920C. Larut pada air, sedikit larut dalam
alkohol, tidak larut dalam eter, kloroform, benzena, minyak dan lemak.
(Willey, 2001)
2.5.16 Glisin
Formulanya NH2CH2COOH,
termasuk dalam asam amino non esensial. Berwarna putih, manis, berbentuk kristal. Titik leleh 232-2360C.
Larut pada air, tidak larut pada alkohol dan eter.
(Willey, 2001)
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
·
Tabung
reaksi
·
Gelas
ukur
·
Pipet
tetes
·
Pemanas
·
Penangas
air
·
Penjepit
·
Rak tabung
·
Pipet ukur
3.1.2 Bahan
·
Laktosa
·
Glukosa
·
Sukrosa
·
NaOH
·
Pereaksi
benedict
·
Pereaksi
barfode
·
Kloroform
·
Etanol
·
Eter
·
Aquadest
·
Selullosa
·
Amylosa
·
Pereaksi
molich
·
Asam
sulfat pekat
·
Albumin
2%
·
Leusin
·
Tripsin
·
Kasein
0,5%
·
Cystein
·
Valin
·
CuSO4
·
Triptopan
·
Glysin
·
Alanin
·
Minyak
kelapa
·
Alkohol
·
Na2CO3
·
Larutan
sabun
·
Klorofrm
·
Larutan
asam askolat
·
Larutan
FeCl3
·
Kertas
pH
·
Larutan
asam askorbat
·
Ekstrak
buah jeruk
·
Ekstrak
buah tomat
IV. DATA PENGAMATAN
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
Karbohidrat
a.Uji Molisch
- pemasukkan 2 tetes larutan α-Naftol
+ 2 mL larutan karbohidrat kedalam
satu tabung reaksi.
-
penambahan 1 mLH2SO4
-
pengamatan pada tabung reaksi
-
pengulangan perlakuan dengan air
tanpa karbohidrat
b. Uji Benedict
-
pemasukkan 4 tetes larutan glukosa,
fruktosa,sukrosa ke dalam 3 tabung
reaksi berbeda,
-
penambahkan 2 mL larutan benedict,
-
pemanasan
-
pendinginan kembali, pengamatan
pada perubahan warna.
c. Uji
Barfoed
-
pemasukkan 1 ml larutan glukosa,
fruktosa, sukrosa + 2 mL larutan
barfoed
(dalam 3 tabung reaksi
berbeda),
-
pemanasan dan pendinginan
kembali,
-
pengamatan pada perubahan
warna.
Lipid
5 tabung reaksi, isilah
Aquadest,alkohol,eter,klorofrm dan larutan natrium karbonat sebanyak 1
mL,tambahkan 2 tetes minyak kelapa.homogenkan dan amati sifat kelarutannya.
Protein
Tes Biuret
-
pemasukkan 1mL larutan protein
dan 1 mL larutan glisin ke dalam
tabung reaksi,
-
penambahan 1 mL larutan NaOH
2,5 N, lalu penambahan 1 tetes
larutan CuSO4 0,01 M ke
dalam
masing-masing tabung reaksi,
-
penggoyangan.
* jika tidak timbul warna,
tambahkan 2 tetes CuSO4
0,01 M
Vitamin
Vitamin C
-
pemasukkan dalam tabung reaksi
2 mL larutan vitamin C, lalu
penambahan 2 tetes larutan NaOH
10%,
-
pemasukkan 2 mL larutan FeSO4
5%, lalu pencampuran
hingga rata,pendiaman,dan
pengamatan pada perubahan
warna.
|
-
Glukosa =>
ungu +
-
Sukrosa => ungu +
-
Laktosa => ungu +
-
Amylosa =>
ungu +
-
Selulosa => ungu +
- glukosa: warna larutan kuning
keru +
- sukrosa: warna larutan jingga
+
- laktosa: warna larutan merah
bata +
- amylosa: warna larutan
hijau kekuningan+
- selullosa: warna
larutan biru muda –
- glukosa: warna larutan biru
- sukrosa: warna larutan biru
- laktosa: warna larutan biru
- amylosa: warna larutan biru
- selullosa: warna larutan biru
-
Aqudest =
emulasi
-
Alkohol = emulasi
-
Eter = larutan sempurna
-
Klorofrm = larutan sempurna
-
Na2CO3 = tidak larutan sempurna
-
Larutan sabun = larutan sempurna
-
Triptopan =
tidak berubah warna
-
Albumin =
bening kekuningan
-
Leucin = tidak
berubah warna
-
Valin = tidak
berubah warna
-
Tripsin = agak
kekuningan
-
Kasein = warna
ungu
-
Cystein =
bening kekuningan
-
Alanin = tidak
berubah warna
Prosedur
A
-
Laruta asam
askorbat = kuning
-
Ekstra buah
jeruk = kuning kehijauan
-
Ekstra tomat =
hijau kekuningan
Prosedur
B
-
Laruta asam
askorbat = kuning
-
Ekstra buah
jeruk = merah kehijauan
-
Ekstra tomat =
merah bata
|
V.
HIPOTESIS
5.1
Karbohidrat
5.1.1 Uji Molisch
Suatu zat dikatakan
positif mengandung karbohidrat dapat diuji melalui uji molisch. Uji molisch
terhadap adanya karbohidrat ini ditandai dengan terbentuknya cincin merah
hingga ungu.
5.1.2 Uji Benedict
Suatu zat yang
mengandung karbohidrat seperti glukosa jika diuji dengan uji ini akan
menghasilkan endapan yang berwarna merah, hijau, atau merah bata. Perbedaan
warna endapan ini disesuaikan konsentrasi/kadar kemanisan dari karbohidrat yang
diuji.
5.1.3 Uji Barfoed
Suatu zat positif
mengandung karbohidrat dapat pula diuji dengan uji barfoed. Uji positifnya
ditandai dengan perubahan warna yang terjadi pada larutan yaitu menjadi merah
bata.
5.2
Lipid/ Lemak
5.2.1 Mengetahui kelarutan lipid
Suatu minyak
dikatakan mengandung peroksida ditunjukkan dengan pembebasan iodin. Uji positif
ini dapat dilakukan dengan menggunakan indikator amilum. Jika iodin benar-benar
ada, maka setelah ditambah indikator amilum akan berubah menjadi biru hingga
hitam.
Uji ini dilakukan
pada lesitin yang dilarutkan dalam alkohol. Uji positifnya ditandai dengan
adanya perubahan warna pada larutan.
Ada perbedaan warna
pada masing-masing larutan. Antara kolesterol, mentega, minyak hewan dan minyak
nabati, kemungkinan minyak nabati jauh lebih jernih daripada minyak hewani.
5.3
Protein
5.3.1 Tes Biuret
Suatu zat jika
diuji dengan reagen biuret, maka menghasilkan warna merah muda hingga violet,
berarti zat tersebut termasuk protein yang mempunyai ikatan peptida..
5.4
Vitamin
5.4.1 Vitamin C
Uji positif teradap
vitamin C ini dilakukan dengan mencamur NaOH, vitamin C, dan larutan FeSO4.
Uji positifnya akan menghasilkan perubahan warna yang kuning hingga agak
kecoklatan.
5.4.2 Sifat Antioksidan Vitamin C
Sifat antioksidan
vitamin C ini dilakukan pada buah pear. Buah yamg dimasukkan ke dalam air akan
berwarna kecoklatan, sedangkan yang dimasukkan ke dalam vitamin C tidak
mengalami perubahan.
VI. PEMBAHASAN
Percobaan analisa
kualitatif biomolekul ini bertujuan untuk melakukan analisa kualitatif terhadap
biomolekul yang terdiri atas karbohidrat, lipid, protein dan vitamin. Dimana
pada percobaan ini untuk mengetahui ada dan tidaknya sifat dari karbohidrat,
lipid, protein dan vitamin, maka dilakukan uji-uji terhadap senyawa-senyawa
biomolekul tersebut.
6.1 Karbohidrat
Karbohidrat ialah
gula sederhana dari zat-zat yang dengan hidrolisis menghasilkan gula sederhana.
Uji-uji yang dilakukan adalah :
6.1.1
Uji Molisch
Uji ini dilakukan
dengan tujuan untuk membuktikan adanya karbohidrat dalam suatu larutan .
Prinsip dari uji ini yaitu asam sulfat pekat akan menghidrolisis ikatan
glikosidik membentuk monosakarida yang selanjutnya terhidrasi menjadi senyawa
furfural dan turunannya. Produk furfural ini akan bergabung dengan a-naftol tersulfonasi membentuk kompleks berwarna ungu.
Sampel bahan yang
digunakan yaitu larutan pati. Larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 2 tetes a-naftol (dalam etanol) kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4
pekat terbentuk dua lapisan, lapisan bawah berwarna coklat dan lapisan atas
berwarna kuning. Ada tidaknya karbohidrat ditunjukkan dengan adanya cincin
merah sampai ungu pada batas antara lapisan bawah dan lapisan atas. Tetapi
dalam percobaan ini hampir tidak terlihat dua lapisan, larutan tetap berwarna
bening. Ini membuktikan larutan tersebut sedikit mengandung karbohidrat. Fungsi
penambahan asam sulfat yaitu untuk menghidrolisis ikatan glikosidik pada
karbodidrat sehingga membentuk monosakarida.
Warna cincin ungu
disebabkan oleh adanya furfural dengan a-naftol. Fungsi derivat sendiri dihasilkan oleh
adanya monosakarida yang ditambahkan asam kuat pekat. Sebenarnya reaksi
kondensasi antara furfural dengan a-naftol, tidak spesifik untuk karbohidrat tetapi
dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif
karbohidrat.
(Poedjiadi, 1994)
Penambahan pereaksi
molish pada karbohidrat merupakan reaksi eksoterm yaitu mengahasilkan kalor,
melepaskan kalor ke lingkungan.
6.1.2
Uji Benedict
Uji benedict
bertujuan untuk mengetahui gugus gula pereduksi dalam karbohidrat. Prinsip dari
uji ini yaitu jika suspensi kupri hidroksida (Cu(OH)2 dalam larutan
alkali dipanaskan, maka akan terbentuk endapan kupri oksida (Cu2O)
berwarna kecoklatan. Karbohidrat dengan gugus aldehida dan keton bebas
mempunyai sifat pereduksi dalam larutan alkali, dalam hal ini monosakarida
berperan sebagai zat pereduksi. (Poedjiadi, 1994)
Pada uji ini sampel
yang digunakan yaitu glukosa, fruktosa dan sukrosa. Sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 ml
larutan benedict. Larutan benedict ini berupa larutan yang mengandung
kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Adanya natrium karbonat dan
natrium sitrat membuat pereaksi benedict bersifat asam lemah. Setelah itu
larutan dipanaskan dalam penangas air. Pemanasan ini bertujuan untuk mengubah
kupri oksida yang berwarna hitam menjadi kupro iksida yang berwarna merah bata,
dan dengan pemanasan reaksi akan berjalan lebih cepat terjadi karena energi
aktivasi yang diperlukan hanya sedikit / kecil. Kemudian larutan didiamkan dan
diamati perubahan warna yang terjadi. Pada sampel larutan fruktosa terbentuk
endapan berwarna merah bata yang berarti
menunjukkan hasil positif. Warna endapan yang menjadi merah bata menunjukkan
bahwa larutan fruktosa merupaka glukosa pereduksi. Reaksi antara sampel dengan
peraksi benedict merupakan reaksi redoks, dimana pereaksi benedict mengalami
reduksi menjadi endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Karbohidrat
mengalami oksidasi menjadi asam alkanoat. Pada sampel larutan glukosa berwarna
coklat kehijauan sedangkan sukrosa berwarna kecoklatan tetapi tidak terbentuk
endapan. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa dan sukrosa menghasilkan uji
negatif. Seharusnya pada glukosa menunjukkan hasil yang positif, karena glukosa
merupakan suatu monosakarida yang memiliki gugus pereduksi. Pada sampel sukrosa
menunjukkan hasil yang negatif karena sukrosa tidak memiliki gugus gula
pereduksi dan tidak memilki gugus aldehid dan keton bebas sehingga bukan gula
pereduksi.(Poedjiadi, 1994)
6.1.3
Uji Barfoed
Percobaan ini
bertujuan untuk menunjukkan adanya karbohidrat yaitu monosakarida. Prinsipnya
adalah reagen Barfoed bersifat asam sangat lemah dan hanya bisa direduksi oleh
monosakarida. Pemanasan yang lama akan menghidrolisis disakarida sehingga
menyebabkan terjadinya false positif. Pengendapan kupro oksida (Cu2O)
pada uji barfoed membentuk warna lebih merah bata daripada uji benedict.(Poedjiadi, 1994)
Pada percobaan ini menggunakan 3 larutan
yaitu glukosa, fruktosa, dan sukrosa masing-masing 1 mL. Yang kemudian
masing-masing ditambahkan larutan Barfoed 2 mL, larutan barfoed ini terdiri
atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air dan digunakan untuk
membedakan dengan disakarida. Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak
memberikan hasil positif. Hasilnya semua larutan berwarna biru dan pada larutan
fruktosa ada gumpalan. Setelah itu semua larutan dipanaskan dalam penangas,
fungsi pemanasan adalah agar mempercepat reaksi. Lalu didinginkan, hasilnya
larutan glukosa dan sukrosa tetap berwarna biru, sedangkan pada larutan
fruktosa didapatkan hasil positif yang ditandai dengan perubahan warna larutan
berwarna biru ada endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa fruktosa
merupakan monosakarida karena terbentuk endapan merah bata.
Seharusnya yang hasilnya positif adalah
larutan glukosa dan fruktosa, karena glukosa dan fruktosa merupakan
monosakarida, tapi pada percobaan kali ini larutan glukosa tidak ada
endapannya. Hal ini mungkin pada waktu pemanasan kurang lama.
6.2 Lemak atau Lipid
6.2.1
Pada pelarut tertentu
Uji ini memakai
tiga sampel yaitu mentega (kolesterol), minyak goreng (minyak nabati), minyak
ikan (minyak hewani). Kolesterol merupakan suatu sterol (steroid alkohol) utama
dalam jaringan hewan.
Tiap sampel
dilarutkan dengan kloroform, fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan
lemak karena sifat dari lemak atau lipid adalah non polar. Sesuai dengan
prinsip “like disolve like” maka senyawa non polar akan larut pada pelarut non
polar. Kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat (H2SO4 (p)).
Fungsi H2SO4 untuk memutuskan ikatan ester pada lemak.
Jika ada kolesterol akan terbentuk lapisan merah pada permukaan larutan dan H2SO4
berwarna kuning.
Pada sampel mentega
terbentuk lapisan diatas namun tidak berwarna merah. Namun pada sampel minyak
goreng maupun minyak ikan tidak terjadi perubahan. Seharusnya pada mentega dan
minyak ikan akan terbentuk lapisan merah pada permuakaan larutan karena
merupakan produk lemak hewani. Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena ada zat
pengotor yang dapat berikatan dengan sampel maupun reagen yang digunakan,
sehingga tidak dapat teramati perubahannya.
Dari percobaan ini
menunjukkan uji negatif. Hal ini dapat terjadi karena mentega, minyak nabati,
dan minyak hewani kemungkinan kurang jenuh
6.3 Protein
6.3.1 Tes Biuret
Dalam analisis
protein dan asam amino, tes biuret diperlukan untuk mengetahui adanya ikatan
peptida pada protein. Dalam larutan basa, biuret akan menunjukkan warna violet
dengan penambahan CuSO4. Pada percobaan kali ini kita akan
menggunakan sampel larutan protein (susu kedelai) dan larutan glisin. Pada
tabung pertama berisi 1 mL larutan
sampel protein (susu kedelai) yang mula-mula ditambahkan dengan 1 mL NaOH menghasilkan
larutan berwarna putih susu dan Kemudian ditambahkan 1 mL reagen CuSO4
maka menghasilkan warna violet.. Tujuan dari penambahan reagen ini adalah untuk
mengkondisikan agar suasana menjadi basa.
Perubahan warna
menjadi ungu ini, menandakan bahwa dalam larutan tersebut telah terbantuk
senyawa kompleks. Senyawa ini terbentuk antara Cu2+ dengan gugus C=O
dan N-H dari rantai peptida. Warna ungu pada larutan protein ini menunjukkan
bahwa dalam protein mengandung ikatan peptida. Akan tetapi, setelah larutan
protein tersebut dipanaskan maka warna yang semula ungu berubah menjadi warna
coklat muda. Perubahan warna ini disebabkan oleh terjadinya proses denaturasi
(perubahan struktur protein) pada saat protein dipanaskan.
Pada tabung kedua
berisi larutan glisin, dan di tambahkan sebanyak masing-masing 1ml reagen NaOH
dan CuSO4 menghasilkan larutan bening tidak berwarna (tidak
mengalami perubahan) baik sebelum maupun setelah dipanaskan. Larutan tidak
berwarna ini menunjukkan bahwa dalam glisin tidak mengandung ikatan peptida.
Ikatan peptida terjadi bila beberapa asam amino berikatan antar satu sama lain.
Sedangkan pada glisin, hanya memiliki satu ikatan asam amino. Hal inilah yang
menyebabkan pada glisin tidak memiliki ikatan peptida.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa uji
positif diberikan pada susu kedelai,berarti protein dalam susu kedelai
mengandung ikatan peptida sedangkan glisin menunjukkan uji negatif.(Arsyad, 2001)
6.4 Vitamin
6.4.5 Vitamin C
Uji terhadap
vitamin C dilakukan dengan mereaksikan 2ml larutan vitamin C dengan 2 tetes
NaOH 10% .Alasan pemilihan pelarut ini karena vitamin C larut dalam pelarut
polar,sehingga untuk hasil yang terbaik digunakan NaOH .Kemudian ditambah 2ml
FeSO4 5% setelah campuran rata.Kemudian didiamkan beberapa saat.Lama
kelaman pada larutan tersebut terbentuk warna hijau kehitaman,warna ini
menunjukan uji positif bahwa larutan mengandung vitamin C.(Poedjiadi,1994)
6.4.6 Sifat Antioksidan Vitamin C
Vitamin C
sangatberperan dalam memelihara fungsi normal semua unit sel.
(Poedjiadi,1994)
Vitamin C juga
mengandung sifat antioksidan.Dalam percobaan ini, buah pear dikondisikan dalam
dua larutan yaitu larutan aquadest dan larutan vitamin C. Setelah kedua sayatan
buah pear direndam selama 30 menit, terbentuk warna kecoklatan pada sayatan
buah pear yang sebelumnya direndam dalam aquadest, sedangkan sayatan buah
pear yang direndam dalam larutan vitamin C masih dalam keadaan segar, tidak
terbentuk warna kecoklatan pada sayatan buah pear. Hal ini menunjukan bahwa
buah pear tidak teroksidasi. Dengan demikian, vitamin C berperan menghambat reaksi reaksi oksidasi dengan cara
bertindak. Sedangkan buah pear yang direndam dalam aquades warnanya berubah
menjadi coklat karena buah pear tersebut mengalami reaksi oksidasi. Zat
antioksidan merupakan zat yang dapat melindungi nutrisi suatu makanan melalui
peminimalan kerusakan pada suatu zat. (Willey, 2001)
VII. KESIMPULAN
7.1 Karbohidrat
a. Uji Molisch
Uji ini
menghasilkan uji yang positif dengan terbentuknya cincin merah dan reaksinya
bersifat eksotermis. Pada uji ini, larutan pati positif mengandung karbohidrat.
b. Uji Benedict
Uji
ini menghasilkan uji yang positif dan negatif.Pada fruktosa uji positif
terbentuk larutan berwarna merah bata, menandakan bahwa mengandung gula
pereduksi sedangkan glukosa dan sukrosa uji negatif.
c. Uji Barfoed
Hasil
dari uji ini bernilai negatif pada sukrosa dan glukosa, sedangkan pada fruktosa
bernilai positif, karena kelompok monosakarida. Uji positif ditunjukkan dengan
adanya endapan merah bata.
d. Hidrolisis Polisakarida.
Hasil
dari uji ini bernilai negatif. Seharusnya uji positif memberikan endapan merah
bata.
7.2
Lipid
Uji Kolesterol
Hasil dari uji ini
adalah negatif untuk mentega, minyak nabati dan minyak hewani. Uji positif ini
dapat ditunjukkan dengan terbentuknya endapan kuning.
7.3 Protein
a. Tes Biuret
Pada tes ini
menunjukkan adanya perbedaan hasil antara protein dan glisin. Pada protein
menghasilkan uji positif warna ungu, sedangkan pada glisin menghasilkan uji
negatif larutan bening. Hal ini berarti protein mengandung ikatan peptida.
7.4 Vitamin
a.
Vitamin C
Uji positif yang ditandai dengan warna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa
larutan mengandung vitamin C.
b. Sifat Antioksidan Vitamin C
Pada uji ini menghasilkan uji positif, berarti vitamin C mengandung zat antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad.M.N, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Basri,S, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
Daintih.J, 1999, Kamus Kimia, Erlangga, Jakarta
Fessenden,R, 1984, Organic Chemistry,
edisi ke 2, Willard Grant Press
Publisher, USA
Grant, 1987, Chemical Dictionary, Mc Graw Hill, USA
Hart,H, 1983,
Organic Chemistry-A Short Course, edisi ke 5, Houghton
Miffin Company, Boston
Kuswati,dkk, 2001, Sains Kimia, Bumi Aksara, Jakarta
Mayers.P.A, 1992, Biokimia Harper, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta
Mulyono, 2001, Kamus Kimia, Grasindo, Bandung
Page,D.S., 1981, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga,
Jakarta
Poedjiadi, 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas
Indonesia, Jakarta
Pringgodigdo. AG,
1973, Ensiklopedia Umum, Yayasan Buku
Franklin, Jakarta
Pudjaatmaka. H,
2003, Kamus Kimia Organik, Depdikbud,
Jakarta
Sumardjo.D, 1998,
Kimia Kedokteran Undip, edisi ke 3, Universitas
Diponegoro, Semarang
Suwandi.M, 1989, Kimia Organik: Karbohidrat, Lipid, Protein,
FKUI, Jakarta
Willey, J, 2001, Hawley’s Condensed Chemical Dictionary, edisi ke 14, John Willey
and Sons Inc, New York
Winarno.F.G, 1982, Analisa Bahan Pangan, UI Press, Jakarta
Komentar
Posting Komentar